Pentingnya Sanitasi Sekolah dan Manajemen Kebersihan Menstruasi Jadi Upaya untuk Tingkatkan APK
Sumbawa Barat,bidikankameranews.com
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa Barat , dengan dukungan United Nations Children’s Fun ( Unicef ), menyelenggarakan Lokakarya Pengembangan Strategis Komukasi Manahemen Kebersihan Menstruasi di Hotel Ifa Kabupaten Sumbawa Barat pada selasa , ( 18/07 )
“Inovasi program sanitasi sekolah dimulai dari penempatan lokasi toilet yang biasanya berada di belakang kelas (yang gelap, kotor dan seram), sekarang menjadi di depan,” diungkapkan oleh Harmansyah S.Pd. M.Pd., Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Sumbawa Barat pada kegiatan pembukaan Lokakarya MKM
Selain desain interior dan eksterior toilet yang dibuat menarik, inovasi sanitasi sekolah disesuaikan dengan standar terkait pengelolaan limbah. Ditambahkannya, inovasi terkait sarana prasarana tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat anak untuk bersekolah.
“Kita ingin anak-anak sehat, nyaman dan senang berada di sekolah,” ujar Harmansyah
Sambutan dari Mitra Samya melalui Program Manager WASH Titik Soeprijati , dalam pemaparannya menjelaskan bahwa, Sanitasi sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kesehatan dan kenyamanan siswa di sekolah diyakini secara tidak langsung dapat berkontribusi pada peningkatan angka partisipasi sekolah. Penelitian yang dilakukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2010 menyimpulkan bahwa satu dari lima anak Sekolah Dasar (SD) tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya akses pada sarana air dan sanitasi di sekolah. Sementara itu, hasil analisis Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tahun 2016 menyebutkan hanya 65 persen SD di Indonesia yang memiliki jamban yang terpisah. Adapun rata-rata rasio nasional adalah 1 jamban per 90 siswa/i.
” Salah satu komponen terpenting dari sanitasi sekolah adalah isu MKM. Namun, hal tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan, pun dianggap sebagai hal yang tidak penting, ” katanya
Dalam hal ini UNICEF menemukan fakta bahwa satu dari enam anak perempuan tidak masuk sekolah pada saat mereka sedang menstruasi. Tiga penyebab utamanya adalah rendahnya sarana sanitasi yang layak di sekolah, minimnya akses informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi secara baik dan benar, dan terbatasnya pengetahuan guru tentang MKM. Fakta penting lain terkait MKN adalah siswa laki-laki cenderung melakukan perundungan (bullying) kepada siswa perempuan yang sedang menstruasi. Karenanya, sasaran MKM tak hanya pada siswa perempuan, namun juga siswa laki-laki.
Sementara dalam sambutan pemapan dari Wash Officer Unicef NTB dan NTT, Ibu Rostia selaju wakili Kepala Kantor Unicef Kupang , menjelaskan bahwa Sanitasi Sekolah dan MKM di Indonesia merupakan bagian dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dikelola bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Agama (Kemenag). Program ini berpotensi menjangkau lebih dari 26 juta siswa di lebih dari 250.000 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia.
Integrasi isu sanitasi sekolah dan MKM pada program UKS ke dalam materi pembelajaran di sekolah terus dilakukan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Kemendikbud dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes selaku Tim Pembina UKS Pusat, dengan dukungan UNICEF yang bekerjasama dengan PLAN Indonesia, Jejaring AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dan SPEAK Indonesia terus mendorong pengarusutamaan MKM sebagai salah satu isu penting dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan AMPL.
“Pembudayaan hidup bersih di sekolah merupakan pembudayaan nilai-nilai budi pekerti luhur. Dampaknya luar biasa, karena dibawa sampai dewasa, mereka akan menjaga kebersihan lingkungannya,” tuturnya
Perwakilan dari Pokja AMPL KSB ( Bappeda ), Dinas Kesehatan KSB ( Kesling, Kesga dan Pengelola Program Kespro), Dikbud KSB ( Bidang SMP dan SD ), Kemenag KSB ( urusan MI dan Madrasyah Tsanawiyah ), Guru Oembina UKS SD/MI sedrajat ), Guru Pembina UKS SMP/MTs Sederajat ), Guru Pembina UKSVSLB, Puskesmas ( sanitarian/promkes, Alumni Pelatihan dan MKM danbSanitasi Sekolah ), ODPGR, Mitra Samya ( FM,Faskab, IT ),Konsultan Wash NTB – UNICEF dan tim Fasilitator.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada MKM, karena isu ini sangat terkait erat dengan pencapaian beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain kehidupan sehat dan sejahtera; pendidikan berkualitas, kesetaraan jender; serta ketersediaan air bersih dan sanitasi layak. Peningkatan kualitas sanitasi sekolah dan kesadaran terhadap isu MKM merupakan upaya bersama pemerintah dan masyarakat sipil dalam meningkatkan APK dan tentunya pencapaian target SDGs. ( Edi )