
Sumbawa Barat, bidikankameranews.com.- Pada H-5 bulan suci ramadhan 1445 H, Sejumlah sembilan bahan pokok ( sembako ) kian merangkak naik, terutama Beras yang kini tembus diharga Rp 1.700. – 1.900 / kg, ditambah lagi gas elpiji @3 kg sangat sulit didapatkan, sehingga Warga masih kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram (kg) di pangkalan-pangkalan resmi . Ujung-ujungnya, warga pun terpaksa harus membeli gas bersubsidi tersebut di kios atau warung yang harganya jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah sebesar Rp 18 ribu per tabung. Bahkan sudah menembus hingga Rp 25 -30 ribu per tabung.
“Sekarang sulit mendapatkan gas 3 kg di pangkalan. Saya biasanya mencari langsung ke kios-kios yang ada di dalam kota Taliwang maupun dipasar tanah mirah . Di sana pasti ada, tapi lebih mahal. Satunya (pertabung, red) mencapai Rp 25 -30 ribu,” kata Joko pedagang kaki lima keliling kepada media ( 18/03 ).
Ia menyebutkan, beberapa pangkalan gas elpiji di sekitar tempat tinggalnya kerap kehabisan stok.
“Kata orang pangkalannya, kalau gas datang langsung diserbu warga, jadi cepat habisnya,” ujarnya.
Pantauan di lapangan, gas bersubsidi yang dipe-runtukkan bagi masyarakat kurang mampu tersebut sangat mudah dijumpai di kios-kios dengan harga diatas HET
“Kami kan beli juga mas. Jadi, kalau mau kami jual lagi, ya sudah pasti kami ambil untung. Ini kan kami beli sekitar Rp 18 ribu (per tabung, red). Ya kami harus ambil untung,” kata pemilik kios yang tidak mau diungkap namanya kepada media.
Ia mengaku selama ini tidak pernah ada masalah dari pemerintah daerah. Termasuk dari Pertamina belum pernah ada yang melakukan razia atau pengecekan.
“Belum pernah kok. Bebas saja berjualan di sini. Lagian yang kami jual kan paling satu atau dua tabung saja,” sebutnya.
Kelangkaan gas elpiji 3 kg juga terjadi di beberapa kecamatan yang ada di wilayah Sumbawa Barat . Kondisi ini sangat dirasakan oleh ibu-ibu rumah tangga maupun sejumlah pedagang kaki lima dan UMKM, karena Warga terpaksa membeli gas di pedagang eceran dengan harga Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per tabung.
Rosnawati , pemilik rumah makan ini mengaku sudah dua hari ini dia kewalahan mencari gas melon 3 kg di pangkalan. Biasanya selalu kebagian namun, kini ia pun harus mencari ke pangkalan lainnya yang berjarak cukup jauh.
“Soalnya ini sudah kebutuhan sehari-hari. Tapi sudah dua hari ini kosong, jadi kemarin dapat di kios eceran Rp 25 ribu per tabung,” ujarnya.
Dia menyatakan kelangkaan bukan karena harga gas naik ataupun pihak Pertamina mengurangi jatah gas yang diantar ke pangkalan. Namun, jumlah kebutuhan masyarakat tidak sebanding dengan kuota yang diberikan.
Sementara disisi lain, Harga beras di Kabupaten Sumbawa Barat terus merangkak naik pekan ini. Tercatat, harga beras mencapai Rp 18.000 – 19.000 per kilogram. Warga mulai mengeluh, pasalnya harga beras yang terus naik diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok lainnya.
Lima hari Ramdhan harga beras di pasaran melonjak tajam hingga Rp 1.700 / kg untuk beras IR kualitas II. Kalau beras premium mencapai Rp 1.850/kg.
Kenaikan harga beras tersebut karena lemahnya pihak dolog (Perum Bulog) Sumbawa Barat yang mustinya bertindak sebagai stabilisator.”Dolog tidak dapat menjalankan misinya sebagaimana yang diharapkan.
Jika pemerintah membiarkan hal ini terus berlarut, masyarakatpun akan menjerit. “sebaiknya dolog dapat memberikan peran pentingnya dengan melakukan operasi pasar dengan mengeluarkan sebagian stok berasnya.
Memasuki Hari ke 5 di Bulan Ramadhan saat ini , hasil investigasi media bahwa sejumlah harga Sembilan Bahan Pokok (Sembako) di Pasaran juga melonjak naik.
Salah satu Pedagang sembako di Pasar Tanah Mirah ini mengatakan beberapa komoditas pangan yang dijualnya mengalami kenaikan harga dari distributor. Sehingga mau tidak mau dia juga terpaksa menaikkan harga agar tidak merugi.
“Minyak goreng misalnya. Sebelum masuk bulan puasa, harga per liter Minyak goreng 20 Rupiah. Namun sejak hari kemarin dia menjual minyak tersebut menjadi 22 ribu rupiah,” ungkapnya.
Ditambahkannya kalau beras sebelum puasa kemarin sudah naik, sampai sekarang harganya sama, 17 ribu rupiah hingga 18 ribu rupiah, tergantung kualitasnya. Demikian juga dengan Gula Pasir, dari 18 ribu naik menjadi 19 ribu per kilonya.
“Kenaikan yang luar biasa terjadi di komoditas Cabe, yang biasanya per ons 10 ribu, sekarang menjadi 15 ribu per onsnya,” katanya lagi.
Sedangkan untuk telur kualitas biasa, sambungnya, dijual dengan harga 2.000 rupiah per bijinya, yang mana sebelum Ramadhan hanya 1.750 rupiah per butir.
Selain itu, ditambahkan pula harga sayur-sayuran rata-rata naik antar seribu hingga dua ribu rupiah.
“Yang sampai saat ini stabil Daging Sapi 120 ribu per kilogram. Dan Ayam potong mengalami kenaikan menjadi 40 ribu, yang sebelum ramadhan dijual dengan harga 37 ribu per kilo,”
Sementara itu, Fitriani, salah seorang pembeli yang sempat berbincang dengan media ini mengaku kaget dengan kenaikan harga ini. Biasanya dia berbelanja untuk diolah sebagai panganan yang nantinya dia jual di warungnya.
“Pada hari pertama puasa, saya masih belum buka warung, karena mao ngecek harga sembako. Ternyata pada naik. Ya… nanti terpaksa kalau (harga) naik terus, harga jualnya saya naikkan, atau porsinya saya kurangi,” tutur Fitriani, wanita yang juga keluhkan harga sembako naik. ( Reporter Edi )