
Sumbawa, bidikankameranews.com
Rentetan peristiwa Kasus yang menerpa Management RSUD Sumbawa, diantaranya dugaan kasus korupsi jilid I dan jilid II , Bobroknya Pelayanan terhadap pasien BPJS, kotornya fasiltas Toilet ditambah lagi beberapa bagian kayu Konsen ruang rawat inap sudah lapuk dimakan usia, ada apa dengan RSUD Sumbawa….??.




Belum lama ini sempat viral terkait adanya statmen ucapan harus kenal dengan pejabat baru dapat dilayani kalau punya kerabat pejabat, Kalau tidak punya kenalan pejabat, maka ikuti aturan kami , saudara jangan keras kepala, ” dikutip dari pernyataan staf RSUD Sumbawa yang di-posting 2 hari yang oleh Nurdin Ranggabarani.SH.MH., Mantan Ketua DPRD Sumbawa, mantan ketua Komisi 2 DPRD Provinsi.




Ironisnya lagi, setelah sempat viral atas kondisi pelayanan rumah sakit tersebut, muncul lagi kondisi Toilet yang kumuh dan kotor, membuat beberapa anggota DPRD serta Ketua DPRD Sumbawa datang melihat kondisi Rumah Sakit tersebut, pertanyaannya dimanakah saat menjabat lima tahun para pejabat yang diamanahkan oleh rakyat Sumbawa , sehingga tidak mampu melihat kondisi Rumah sakit yang semakin rapuh..??.,




Belum selesai persoalan tersebut, muncul lagi postingan NR , 7 Jam yang lalu bahwa dalam postingan tersebut dikatakan kalau beberapa rungan rawat inap, kondisi konsen daun pintu sudah sangat lapuk, maka apakah sudah dapat dikatakan kalau Rumah Sakit Umum milik Pemda Sumbawa ini layak dipertahankan sebagai rumah sakit rawat inap maupun rumah sakit rujukan…??.




Pertanyaannya dikemanakah Anggaran Puluhan milyar…sehingga menjadi temuan BPK..?, adakah oknum pejabat yang terlibat..??.
Inilah Keluhan kutipan beberapa Postingan NURDIN RANGGABARANI SH.MH diakun FB atas kondisi RSUD Sumbawa.
JOROK & HOROR. Zaal penyakit dalam Rsud Sumbawa RSUD Kab. Sumbawa Gemilang Berkeadaban🙈
Sabtu, 22 Juni 2024.
MAAFKAN ANAKMU BAPAK, TIDAK PUNYA KENALAN PEJABAT. Malam sabtu kemarin, usai sholat magrib, bapak saya tiba2 sesak nafas dan agak limbung. Saya beserta istri, Nurwahidah, yg sedianya hendak mentakziahi sdr kami Hjsrisusilawati, yg sdg berduka dg kepergian suami tercinta H. Mahmud Bazuni, mau tdk mau hrs mengurungkan niat. Kami segera membawa bapak ke RSUD Kab. Sumbawa.
Awalnya saya sgt senang, krn begitu turun dari kendaraan, bapak saya lgsg mendapat penanganan. Dipasangkan oksigen, ditensi, yg mencapai 226/102. Diberi obat penenang, dikasi amlodipin, dan tekanan darahnya pun berangsur turun. Walau blm benar2 stabil. Saya mengapresiasi kecekatan penanganan, yg menurut saya ckp profesional.
Saya diminta utk mendaftar di front office. Menyerahkan KTP dan memperlihatkan kepersertaan BPJS bapak saya kpd petugas. Saya ikut ditanya, sdr ini siapa dan sbg apa?. Saya serahkan KTP, saya anaknya, jawabku. Semua berjalan normal.
Petugas piket dan dokter jaga (yg saya tdk perlu sebut namanya), mulai bergantian menjelaskan bhw bapak saya hrs diopname. Yg akan ditempatkan di RS Sering.
Mengingat di Sering yg belum tersedia berbagai layanan, sprti Laboratorium, Rontgen, dll. sementara bapak saya didiagnosis mengidap penyakit paru, saya pun minta agar dpt dirawat di kamar mana saja, asalkan di RSUD Kab. Sumbawa (induk), bkn di Sering.
Dg alasan seluruh kamar dan tmpt tidur penuh, saya dipaksa agar bersedia menandatangani tmpt perawatan di Sering. Atau melepas BPJS menjadi pasien mandiri, agar bisa dirawat di RSUD induk. Saya bertahan, dan apabila dipaksa, maka saya lbh memilih membawa pulang.
Sdr tahu konsekwensinya? dg nada mengancam, dokter tsb menjelaskan, bhw kalau saya membawa pulang, maka pasien tsb akan diblacklist, BPJS nya akan kami tolak dan tdk berlaku, pasien tsb tdk boleh berobat di sini lagi. Saya sungguh teramat kaget mendengar penjelasan Pak Dokter muda ini.
Salah seorang petugas menghampiri saya, memberi saran, bhw perawatan bs sj dilakukan di RS induk, bhkn bila perlu naik kelas ke kamar VIP, seperti yg sering kami lakukan, bila saya mengenal dan minta tolong kpd para pejabat RS atau pejabat daerah. Apakah sdr punya kenalan pejabat atau anggota DPRD di daerah ini? Tanya petugas tsb.
Maaf, saya tdk punya kenalan pejabat RS apalagi pejabat daerah dan DPR jawabku. Kalau tdk punya kenalan pejabat, maka ikuti aturan kami, sdr jgn keras kepala, sergah petugas tsb.
Saya ttp meminta tmpt perawatan dimana pun asalkan di RS induk. Mrk pun berembuk, singkat cerita, mrk mengizinkan di Zaal Penyakit Dalam, pdhl semula dikatakan full.
Saya merasa tmbh dipermainkan, ketika kami msk ke Zaal Dalam, ternyata ruangan tsb bnyk yg kosong (bersambung).-
Cc. Kepala Perwakilan Ombudsman NTB, Bung @Dwi Sudarsono, SH.
MOHON PERHATIAN BERSAMA. Malam ini, saya benar2 merasa khawatir. Tidak tenang, dan sangat gelisah. Sebentar2 terbangun, dan tidak bisa tidur. Krn hampir setiap saat pintu ini dibuka, dan orang2 kekuar-masuk melalui pintu ini. Baik pasien, keluarga pasien, maupun dokter dan para petugas medis.
Kenapa saya yg khawatir?. Bkn saja krn saat ini saya tidur di lantai, persis di samping pintu yg konsennya keropos ini. Tapi juga keselamatan org lain. Krn engsel daun pintu ini tak bisa lagi menempel kuat pd kayu konsen yg lapuk. Saya takut sewaktu2 daun pintunya lepas dan menimpa saya, atau orang2 yg berada disekitarnya.
■ Kalau pun saya dikata-katai usil, nyinyir, peno de urus, atau apa pun. Beangmo, nosi kuda. Saya prihatin, saya peduli dg keselamatan bersama, dan ingin mengingatkan. Bhw masalah ini sangat2 serius. Utk itu, perlu mendapat perhatian bersama.
Dinihari Rabu, 26 Juni 2024. ( rangkuman tim )