‘ Michat Mulai Menggila ‘, Menelusuri Jasa Open BO Melalui Aplikasi Michat Di Kecamatan Maluk Daerah Lingkar Tambang Terbesar ” Menggali Kisa Pilu Dibalik Open BO “

Spread the love

‘ Michat Mulai Menggila ‘, Menelusuri Jasa Open BO Melalui Aplikasi Michat Di Kecamatan Maluk Daerah Lingkar Tambang Terbesar ” Menggali Kisa Pilu Dibalik Open BO “

Editorial : Catatan Tim Redaksi

Pasca Operasi Pekat yang digelar oleh Pol PP Sumbawa Barat beberapa hari lalu apakah masih ada atau tidak jasa jual lendir melalui aplikasi tersebut, hal ini membuat rasa penasaran pada prostitusi daring atau jasa open booking online (open BO) , Tim investigasi mencoba mengggunakan aplikasi pesan untuk memesannya yang sudah stay di beberapa kos, homstay , penginapan dan hotel kelas melati, tim tuntaskan rasa ingin tahu pada beberapa sosok perempuan yang ada di aplikasi michat tersebut, ternyata di Kecamatan Maluk lebih banyak dari pusat kota Taliwang.

Mengapa di Kecamatan Maluk begitu banyak, tidak bisa dipungkiri, karena Maluk sebagai pusat Pertambangan Emas terbesar, sehingga warga yang datang di Kecamatan Maluk dari berbagai suku, Agama dan Ras, sehingga wajar kalau maluk dapat dikatakan sebagai Kecamatan Nusantara, sehingga kehidupan sosial masyarakatnya begitu tinggi sesuai tuntutan zaman.

Kembali kepada hasil penelusuran tim, Waktu di ponsel tim menujuk pukul 19.00 WIB, sore itu 24 Agistus 2025 di Wilayah Pantai Pasir Putih Kecamatan Maluk, Tim mencoba buka aplikasi michat dan ternyata ada puluhan jasa pesanan yang muncul mulai dari jarak 100 meter hingga 900 meter dari titik pantai pasir putih Maluk, membuat tim saya penasaran bagaimana bisnis ini bekerja dengan sasaran lelaki hidung belang

Tim pun mencari akal untuk bisa membuat tulisan dengan tema yang sama tapi fokusnya berbeda untuk memutuskan untuk menjadi laki-laki hidung belang itu.

Benar saja dari semua foto yang tampil rerata menampilkan wanita dengan wajah dan pakaian serba terbuka. Hal itu semakin menggelitik Tim , muncul pertanyaan apakah benar mereka mengais rezeki dengan cara beburu pelanggan di lokalisasi daring ini.

Hingga setelah Tim mencoba menghubungi lima dari kontak yang ada , ada beberapa orang sepakat untuk bertemu dengan harga yang sudah disepakati dan tempat yang ditentukan.

Setelah waktu disepakati, tim langsung bergerak menuju ke sebuah hotel yang membutuhkan jarak sekitar 2 – 5 menit menggunakan kendaraan sepeda motor. Sesampainya di lokasi, Lisa Bunga (bukan nama sebenarnya) yang sebelumnya sudah ada beberapa orang yang siap dengan harga net 300 ribu full servis dan langsung mengarahkan tim untuk masuk ke kamar yang sudah ia tunjuk.

Begitu tim memasuki salah satu kos di yang 200 meter dari pantai pasir putih , terlihat ada beberapa perempuan duduk didalam kamar masing masing kos dengan pintu terbuka, tim langsung menuju ke salah satu kamar yang sudah disepakati ( sengaja lokasi dan nama kos tidak ditulis untuk menjaga privasi ) yang kondisi kamar memang agak gelap dengan sedikit pencahayaan, tim merasakan kegugupan yang tak terelakkan. Di depan tim, duduk seorang wanita muda dengan tatapan mata yang siap menerkam.

Mengapa Memilih Jadi Penyedia Jasa Open BO

Sebelum ia menerkam, tim menyampaikan maksud dan tujuan untuk menggali cerita kelamnya . Ia sempat menolak awalnya lantaran tim berbohong, dimana saat di layanan pesan langsung transaksi sebelum jasa layanan dipakai , tim tidak menyampaikan secara langsung jika hanya ingin mewawancarainya saja tanpa berhubungan badan.

Namun, dengan berbagai persyaratan termasuk merahasiakan identitasnya serta tidak memfoto dia, akhirnya Lusa Bunga ( Samaran ) mengiyakan. Toh, tim tetap membayar sesuai perjanjian di awal. Hanya saja servisnya saja berbeda, kebutuhan wawancara untuk sekadar mengulik dunia lokalisasi berbasis daring ini.

Lisa Bunga asal Madura Jawa timur ini , mengaku baru-baru ini memutuskan untuk beralih ke aplikasi chat online sebagai sarana mencari pelanggan guna menawarkan jasanya untuk open BO di wilayah maluk

Saat ia mulai bercerita posisi duduk tim berada di kursi tepat di depannya sementara lisa bunga berada di ujung ranjang dengan baju tipis membalut tubuhnya. Dia memulai dengan menceritakan hidupnya hingga sampai di titik saat ini.

Lisa Bunga mengaku lahir tahun 2003. Itu artinya usianya sekitar 23 tahun masih terlihat mudah. Ia sudah menjadi orang tua saat usianya 16 tahun. “Dulu karena pacarannya kebablasan, anak pertama saya lahir 2021, anak kedua 2022. Saat anak kedua saya usia 1 tahun, suami sering selingkuh dan melakukan KDRT dan jarang pulang sehingga nggak pernah balik lagi,” kata Lisa

Kedua anaknya saat ini masih sekolah balita, saat ini Keduanya dititipkan kepada neneknya di Madura, karena saat ini menjadi tulang punggung bagi kedua anaknya .

Untuk diketahui Lisa Bunga , tumbuh dalam keluarga yang kurang mampu di salah satu daerah pulau madura . Kondisi finansial yang sulit dan tekanan kehidupan membuatnya memilih jalan yang tidak biasa untuk mencari nafkah, apalagi di Madura peluang mencari kerja halal sangat sedikit, sehingga harus hijrah keluar dari madura mencari daerah daerah yang begitu menjanjikan kehidupan, dan akhirnya berlabuh ke Wilayah Sumbawa Barat tepatnya di kecamatan Maluk.

Namun, seiring berjalannya waktu, Lusa Bunga menyadari bahwa dia ingin mengubah hidupnya dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.

“Sejak dulu, saya merasa terjebak dalam situasi tanpa jalan keluar. Tapi, saya tidak ingin terus-terusan seperti ini,” katanya dengan suara yang penuh haru dicelah isak tangis yang tertahan

Percaya pada insting Perubahan dalam kehidupan Lisa dimulai ketika ia menjadi Pijat Terapi ( masage lulur tradisional ) di salah satu tempat dimataram NTB, Namun, lambat laun pendapatannya menurun hingga tergantikan dengan para pendatang baru yang lebih fresh.

Mendengar beberapa temannya diwilayah kecamatan maluk sukses menggunakan aplikasi chat online, membuat Lisa penasaran sekaligus memberikan harapan baru. Ia memutuskan untuk mencobanya sebagai alternatif dari jalur yang selama ini ia tempuh.

“Saya tahu bahwa ini adalah langkah yang berisiko dan kontroversial. Namun, saya juga melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki hidup saya,” jelas Lisa tentang pilihannya terjun di dunia prostitusi daring atau open BO.

Pada perjalanan adaptasinya selama 2 bulan dengan aplikasi chat online, lisa menghadapi tantangan dan pengalaman yang mengubah pandangannya tentang dirinya sendiri dan pekerjaan yang ia geluti.

Lisa mulai membangun hubungan dengan pelanggan secara lebih personal dan menemukan bahwa banyak dari mereka mencari keintiman yang lebih dari sekadar hubungan fisik.

“Saya belajar bahwa ada banyak orang yang kesepian dan mencari seseorang yang bisa mereka percayai dan berbicara. Saya tidak hanya memberikan layanan fisik, agar tetap ada pelanggan, saya juga mendengarkan mereka dengan penuh perhatian,” cerita Lisa dengan isak tangis pilu.

Namun, Lisa juga tidak menutup mata terhadap sisi gelap yang ada dalam industri yang ia geluti saat ini. Dia mengakui bahwa risiko keamanan dan perlindungan menjadi hal yang harus selalu ia waspadai. Tak ia mungkiri, banyak berita tentang pekerja open BO yang dihabisi pemesan, tapi sekali lagi, kebutuhan hidup membuatnya tak banyak memiliki pilihan.

Oleh karena itu, dia berusaha menjaga keamanan dirinya sendiri dengan mengikuti aturan yang ketat dan memilih pelanggan dengan hati-hati.

“Saya belajar untuk mempercayai insting saya. Jika sesuatu terasa tidak aman atau tidak nyaman, saya akan menghindarinya. Keamanan saya adalah prioritas utama,” tegasnya.

Itulah sekelumit kisah dari salah satu wanita Michat yang sempat diwancara oleh Tim, ada banyak hal yang dapat kita petik dari sekelumit kisah ,” mengapa harus menjadi wanita open BO..? ‘ ( TIM REDAKSI )

 

 


Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *