Sumbawa Besar,
Bidikan Kamera News –
Saat ini Program Merdeka UTS Batch 7 telah berjalan dengan menyasar berbagai Desa yang ada di Kabupaten Sumbawa, salah satu wilayah yang dijadikan lokasi pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yaitu Desa Lopok Beru, Kecamatan Lopok.
Para Mahasiswa UTS yang saat ini menjalankan program memiliki beberapa rencana kerja, salah satunya bidang pendidikan dengan penguatan kebudayaan.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Alfassabiq Khairi, M.Sc mengatakan, kelompok mahasiswa di Desa Lopok Beru diminta untuk mengeksplorasi, menjaga, dan memperkuat kebudayaan khas Sumbawa. Hal ini dilakukan mengingat fakta lapangan kaitan kebudayaan lokal yang mulai tersisihkan oleh Globalisasi.
“Kami dan semua mahasiswa terlibat langsung dalam memenuhi program tersebut dengan terjun langsung ke salah satu sekolah dasar yang berada di desa yaitu SDN Lopok Beru. Para guru dan siswa sangat antusias dalam kegiatan ini, dan beberapa kebudayaan khas Sumbawa yang diajarkan ke sekolah seperti Batutir, Badede, Lawas, dan Sakeco. Program ini sudah dimulai sejak September lalu,” terangnya.
Menurut Alfa, sapaan akrabnya, budaya Batutir ini merupakan sebuah tradisi bercerita ringan, dimana salah satu cerita yang sampai saat ini masih dituturkan adalah Tongtonge, sebuah cerita jenaka.
“Cerita Tongtonge memiliki struktur naratif yang khas karena di dalamnya terdapat senandung dalam bentuk puisi. Senandung yang terdapat di dalam cerita Tongtonge mirip dengan struktur lagu anak-anak “Makan Apa” yang antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya sambung menyambung. Selain itu, sebagai sebuah cerita jenaka Tongtonge juga sarat dengan humor yang dalam bahasa Sumbawa disebut dengan gesa”, paparnya.
ada Badede (menina bobokan anak-anak), hal ini biasa dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya atau seorang kakak terhadap adiknya. Badede ini (Menembangkan lawas) dilakukan dengan tujuan menidurkan sang anak. Kalau anak sudah tertidur maka dengan sendirinya lawas badede ini usai. Kemudian ada Lawas yang merupakan puisi khas Sumbawa, disampaikan secara turun temurun, banyak yang berisi nasihat hidup dan pola pikir masyarakat Sumbawa. Dan yang terakhir Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari lawas atau syair khas tau Samawa (masyarakat Sumbawa).
Sakeco banyak digemari oleh masyarakat Sumbawa. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria yang merupakan pasangannya dan masing-masing memegang satu buah rebana. Rebana yang digunakan adalah bisa Rebana Ode atau Rebana Rango/Rabana Kebo (Rebana Besar). Penggunaan dua jenis rebana ini didasarkan pada temung yang akan digunakan.
“melalui program ini diharapkan dapat menjadi giat budaya, yang bisa memicu ketertarikan dan rasa senang belajar budaya dari anak-anak yang ada di sekolah. Walau Promer yang dijalankan oleh para mahasiswa UTS ini hanya beberapa bulan saja, setidaknya bisa menjadi langkah awal penguatan kebudayaan. semoga mereka menjadi gemar mencoba dan mencintai kebudayaannya sendiri, sehingga keberlanjutan kebudayaan dimasa mendatang dapat terjaga dan tetap dilestarikan.” pungkasnya. (*)