Perbedaan Hubungan Antara Perubahan Iklim dan Peristiwa Cuaca Ekstrim
Oleh :
Dara Safira Dwi Mantika
(Teknik Lingkungan)
Perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrim adalah dua aspek yang kini menjadi sorotan utama dalam penelitian lingkungan dan isu-isu global. Meskipun seringkali digunakan secara bergantian, penting untuk memahami perbedaan dan kompleksitas hubungan antara keduanya. Artikel ini bertujuan untuk merinci perbedaan dalam hubungan antara perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrim, dengan penekanan pada pola kaitan yang mungkin terjadi dalam skala global.
Perubahan iklim merujuk pada perubahan jangka panjang dalam rata-rata suhu dan pola cuaca di seluruh planet. Peristiwa cuaca ekstrem, di sisi lain, adalah peristiwa singkat yang di luar norma dan mencakup hujan deras, kekeringan, badai, dan lain sebagainya.
Perubahan iklim dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem. Meskipun tidak mungkin mengaitkan satu peristiwa cuaca tertentu dengan perubahan iklim, tren jangka panjang dalam suhu global dapat meningkatkan risiko terjadinya cuaca ekstrem. Peningkatan suhu global dapat memperkuat badai, menyebabkan panas ekstrem, dan meningkatkan risiko kekeringan.
Dengan demikian, hubungan antara perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem adalah kompleks dan saling terkait. Perubahan iklim dapat bertindak sebagai pendorong potensial bagi cuaca ekstrem, meskipun faktor lain seperti sirkulasi atmosfer juga memiliki peran dalam mempengaruhi peristiwa cuaca yang kita alami.
Dalam konteks ini, perubahan iklim merujuk pada perubahan jangka panjang dalam rata-rata kondisi iklim di seluruh dunia, termasuk peningkatan suhu rata-rata bumi, perubahan pola curah hujan, dan tingkat kenaikan permukaan laut. Sementara itu, peristiwa cuaca ekstrim meliputi fenomena singkat yang luar biasa seperti badai tropis yang intens, gelombang panas yang ekstrim, banjir yang merusak, dan kekeringan yang parah.
Adapun contoh dari perubahan iklim yaitu peningkatan suhu rata-rata global, kenaikan permukaan laut, dan perubahan pola curah hujan secara umum. Sedangkan contoh dari peristiwa cuaca ekstrim itu sendiri yaitu badai tropis, banjir kilat, gelombang panas yang intens, dan badai salju besar.
Menurut Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Dr. Andung Bayu Sekaranom, S.Si., M.Sc., negara yang berada di daerah tropis dan subtropis, selain mengalami peningkatan temperatur juga akan mengalami peningkatan curah hujan. “Hingga tahun 2100 akan semakin tinggi tingkat curah hujan ada kaitannya dengan bencana sehingga perlu mitigasi.
Dalam Presentasi Dirjen SDA, Iwan Nursyirwan, pada kegiatan Paralel Events Konferensi Perubahan Iklim (UN Climate Change Conference 2007) disebutkan bahwa umumnya perubahan iklim yang terjadi di Indonesia berkisar pada penggundulan hutan secara besar-besaran, kebakaran hutan, kerusakan lahan rawa dan hilangnya serapan karbondioksida. Strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi perubahan iklim adalah pengembangan dan perbaikan jaringan irigasi, manajemen pengelolaan bencana alam terpadu, membangun infrastruktur dan melindungi pantai dari potensi kerusakan akibat abrasi dan naiknya permukaan laut hingga kampanye publik.
Beberapa perbedaan mendasar dalam hubungan antara perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrim adalah:
1. Skala Waktu:
Perubahan iklim terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang, biasanya melibatkan perubahan dalam dekade atau lebih. Sementara itu, peristiwa cuaca ekstrim adalah kejadian singkat yang dapat terjadi dalam waktu yang jauh lebih pendek, seperti beberapa hari atau minggu.
2. Kausalitas:
Sementara perubahan iklim dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrim, peristiwa cuaca ekstrim tidak selalu merupakan hasil langsung dari perubahan iklim. Ada faktor-faktor lain seperti variabilitas alamiah yang juga dapat mempengaruhi peristiwa cuaca ekstrim.
3. Frekuensi dan Intensitas:
Perubahan iklim dapat berkontribusi pada peningkatan frekuensi dan intensitas beberapa jenis peristiwa cuaca ekstrim, seperti badai tropis yang lebih kuat. Namun, dampak ini mungkin bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan jenis peristiwa cuaca.
4. Pemahaman dan Prediksi:
Perubahan iklim cenderung lebih dapat diprediksi dalam jangka panjang, sementara peristiwa cuaca ekstrim memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi dan seringkali sulit untuk diprediksi secara akurat.
Perubahan iklim akibat pemanasan global telah menyebabkan meningkatnya kejadian cuaca ekstrim seperti banjir, kekeringan, badai, dan gelombang panas yang lebih intens dan sering terjadi. Ini memiliki dampak negatif pada lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan manusia di berbagai belahan dunia. Upaya global diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi dampak perubahan cuaca ekstrim.
Cuaca ekstrim seperti banjir, kekeringan, topan, dan gelombang panas dapat memiliki dampak serius pada lingkungan dan masyarakat. Penyebabnya bisa termasuk perubahan iklim, polusi, dan faktor alam. Pengelolaan risiko, mitigasi, dan adaptasi penting untuk menghadapi permasalahan ini.
Pemanasan global dapat menyebabkan terjadinya banjir dikarenakan adanya Peningkatan Penguapan menyebabkan penguapan air yang lebih intensif dari permukaan laut, dan juga dari daratan seperti danau dan sungai. Ini menghasilkan peningkatan jumlah uap air di atmosfer. Ketika uap air ini berkondensasi dan membentuk awan, dapat menyebabkan curah hujan yang lebih berat dan intensitas hujan yang lebih tinggi dalam periode waktu yang lebih singkat. Perubahan Pola Hujan dapat mempengaruhi pola hujan dibeberapa wilayah mengalami peningkatan curah hujan, sementara wilayah lain mengalami kekeringan. Ketika curah hujan meningkat di suatu daerah, aliran air ke sungai dan sistem drainase juga meningkat, yang dapat menyebabkan banjir. Pemanasan Permukaan Laut menyebabkan kenaikan suhu dipermukaan laut. Permukaan laut yang lebih hangat dapat meningkatkan energi yang tersedia bagi siklon tropis dan badai lainnya. Badai dengan kekuatan yang lebih tinggi cenderung membawa curah hujan yang lebih berat dan dapat menyebabkan banjir ketika bergerak melintasi daratan.
Kesimpulan utama dari hubungan antara perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrim adalah bahwa meskipun tidak semua peristiwa cuaca ekstrim dapat secara langsung diatribusikan kepada perubahan iklim, ada bukti kuat bahwa perubahan iklim dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas peristiwa tersebut. Pola panjang perubahan suhu global berkontribusi pada risiko yang lebih tinggi terjadinya cuaca ekstrim seperti banjir, kekeringan, dan badai. Dengan demikian, memahami hubungan ini penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. (*)