
Sumbawa Besar, bidikankameranews.com –
Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) Kabupaten Sumbawa resmi digelar di Bale Restorasi Perate di Kelurahan Samapuin Kecamatan Sumbawa Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat, Pada Kamis, (16/10).
Kegiatan juga menjadi peringatan 10 tahun (1 Dekade) pelaksanaan program SLG dengan tema “Membangun budaya sadar, siaga dan selamat dalam menghadapi gempabumi dan tsunami.”
Kegiatan ini diinisiasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan telah berlangsung sejak tahun 2015 di berbagai wilayah di Indonesia.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram sekaligus penanggung jawab SLG di Kabupaten Sumbawa, Sumawan ST., MM., menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini sebagai upaya mitigasi bencana di wilayah yang termasuk rawan gempa bumi dan tsunami.

Anggota Komisi 5 DPR RI Dapil Pulau Sumbawa, H. Mori Hanafi SE., M.COMM dalam sambutan secara daring, menekankan pentingnya memperkuat komitmen pemerintah daerah, terutama dalam aspek anggaran, teknologi, dan aspek teknis pelaksanaan.
Menurutnya, dukungan ini sangat penting mengingat Kabupaten Sumbawa yang cukup luas, sehingga perlu diperluas hingga ke kecamatan-kecamatan.

“Kehadiran BMKG bisa dimaksimalkan, terutama untuk mendukung sektor pertanian yang merupakan tulang punggung ekonomi Sumbawa. Dengan komitmen ini, kerugian yang dialami petani akibat bencana dapat diminimalisir” ujar Mori Hanafi.

Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III, Cahyo Nugroho, SE., S.Si., mengatakan bahwa Kabupaten Sumbawa termasuk wilayah rawan gempa, terutama di bagian barat, selatan, dan utara.
“Gempa bumi memiliki siklus tertentu yang bisa mencapai 50 hingga ratusan tahun. Dengan adanya SLG, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dan memahami tindakan yang harus diambil saat bencana terjadi,” katanya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa, Dr. Budi Prasetiyo, S.Sos., M.AP., dalam sambutannya mengingatkan bahwa wilayahnya pernah mengalami bencana gempa dan tsunami, dan teori menyatakan bencana serupa dapat terjadi kembali di masa depan.
“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk saling berkolaborasi dalam mensosialisasikan pengetahuan dan kesiapsiagaan bencana ini, terutama di 154 desa yang ada di Kabupaten Sumbawa” ujar Dr. Budi.

Ia berharap program SLG bukan menjadi yang terakhir dan mendorong pengembangan modul-modul edukasi sebagai sumber pemahaman masyarakat secara umum. Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kesiapsiagaan, diharapkan Kabupaten Sumbawa mampu meminimalkan risiko dan dampak bencana gempa bumi dan tsunami di masa mendatang, tandas Sekda Budi.

Untuk diketahui, kegiatan ini juga menampilkan pemutaran video dokumenter tentang satu dekade SLG sebagai refleksi dan motivasi bagi peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan wilayah.

Hadir sebagai peserta kegiatan di antaranya, Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Sumbawa, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Disos, Dikes, BPBD, Diskominfotiksan, Media, Polres Sumbawa, Kodim, perguruan tinggi, dan pelajar. (*)













