
Tim Kosabangsa Univeristas Teknologi Sumbawa dan Universitas Mahasaraswati Denpasar
Sumbawa Besar, bidikankameranews.com –
Desa Ropang yang terletak di wilayah pegunungan dengan lahan pertanian subur, kini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat desa mampu berinovasi di tengah tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi petani dalam beberapa tahun terakhir adalah kelangkaan pupuk kimia yang berdampak langsung pada produktivitas pertanian.
Kondisi ini mendorong masyarakat Ropang untuk mencari alternatif yang lebih murah, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. salah satunya dengan memanfaatkan pupuk kompos padat berbasis limbah pertanian dan peternakan.
Selama ini, limbah pertanian seperti jerami, sekam padi, dan kotoran ternak belum dimanfaatkan secara optimal. Banyak petani yang membakar sisa panen di lahan karena dianggap tidak berguna, padahal bahan-bahan tersebut kaya akan unsur organik yang dapat diolah menjadi pupuk kompos berkualitas tinggi.
Melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan oleh tim kosabangsa Univeristas Teknologi Sumbawa (Emsal Yanuar, M.Si, Mikratunnisa, M.Si., dan Lalu Hery Rizaldi, M.T) dan Universitas Mahasaraswati Denpasar (Prof. Dr. Ir. Ni Putu Pandawani, M.Si., Dr. Gde Bayu Surya Parwita, S.E., M.M. dan Ir. Cening Kardi), masyarakat kini mulai memahami bahwa limbah pertanian bukan lagi sampah, tetapi sumber daya potensial untuk memperbaiki tanah dan meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan.
Dalam pelatihan ini digunakan metode pengomposan aerob dengan aktivator EM4, yaitu proses penguraian bahan organik menggunakan bantuan mikroorganisme yang membutuhkan oksigen. Bahan-bahan seperti jerami, sekam padi, kotoran sapi, dan dedaunan kering dicacah, kemudian disusun berlapis dan disiram larutan EM4 yang telah diencerkan.
Tumpukan bahan dijaga kelembapannya dan dibalik secara berkala setiap 5–7 hari untuk menjaga sirkulasi udara dan mempercepat proses dekomposisi.
Setelah 4 minggu, bahan berubah menjadi kompos matang yang berwarna coklat gelap, bertekstur remah, dan tidak berbau.
Selain mengatasi kelangkaan pupuk, produksi pupuk kompos juga membawa manfaat ekonomi dan lingkungan bagi warga. Petani kini memiliki alternatif pengganti pupuk kimia yang harganya terus meningkat. Mereka dapat memproduksi sendiri pupuk alami yang mampu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan, dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Limbah pertanian dan peternakan yang sebelumnya belum dimanfaatkan, kini digunakan kembali sebagai bahan baku kompos sehingga menjadikan lingkungan desa lebih bersih dan sehat. (*)













