Sumbawa Besar, bidikankameranews.com – Lapangan Pahlawan Sumbawa Besar pagi itu dipenuhi semangat dan kebanggaan. Di bawah langit cerah, Bupati Sumbawa, Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P. memimpin langsung dua momentum penting bagi dunia pendidikan Sumbawa : penyambutan Kontingen Pandu Hizbul Wathan (HW) Pondok Modern Internasional (PMI) Dea Malela yang baru saja kembali dari Jambore Dunia Pandu Muslim di Cibubur, sekaligus pelepasan rombongan EduTrip siswa kelas 12 SMA Dea Malela yang akan menimba ilmu ke Mesir, Saudi Arabia, dan beberapa kota besar di Indonesia, rabu 08 oktober 2025.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Sekda Kabupaten Sumbawa, Wakil Ketua III DPRD, anggota Forkopimda, Ketua MUI, Rektor Universitas Samawa (UNSA), Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan para wali santri. Tak ketinggalan, ratusan siswa SD/MI dan SMP/MTs di Kota Sumbawa turut menyaksikan prosesi penuh makna itu.
Kegiatan dimulai dengan penyambutan dua regu Pandu Hizbul Wathan putra dan putri yang baru kembali dari Jambore Dunia Pandu Muslim—pertemuan internasional yang digelar untuk pertama kalinya di Cibubur, Jakarta, dalam rangka memperingati satu abad Pondok Modern Gontor. Acara besar itu diikuti lebih dari 15.000 peserta dari 19 negara, dan PMI Dea Malela menjadi salah satu peserta yang mengharumkan nama Sumbawa di forum dunia.
Dalam sambutannya, Pengasuh PMI Dea Malela, Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, M.A., menjelaskan bahwa kegiatan kepanduan Hizbul Wathan memiliki nilai sejarah yang dalam bagi bangsa Indonesia.
“Pandu Hizbul Wathan adalah pandu tertua di Indonesia. Jenderal Sudirman adalah pemimpin pertamanya. Para tokoh Hizbul Wathan inilah yang kemudian menjadi bagian penting dalam pendirian Gerakan Pramuka Indonesia di tahun 1960-an,” jelas Prof. Din.
“di PMI Dea Malela, kami memilih Hizbul Wathan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib karena semangatnya mendidik kemandirian, keikhlasan, dan cinta tanah air,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati H. Jarot dalam menyampaikan rasa bangga dan apresiasi atas kiprah PMI Dea Malela yang terus mengharumkan nama daerah.
“Ketika kita bicara PMI Dea Malela, kita tidak hanya bicara tentang sekolah, tapi tentang visi besar membangun generasi berilmu, berakhlak, dan berwawasan global. Kegiatan ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah perjalanan ilmu, iman, dan karakter. Anak-anak kita bukan hanya belajar dari buku, tapi dari dunia,” tegas Bupati.
Bupati juga berpesan agar para peserta EduTrip membawa semangat “Takit Ko Nene, Kangila Boat Lenge”—filosofi hidup orang Sumbawa yang berarti takut kepada Allah dan malu berbuat keburukan—ke manapun mereka melangkah.
Bupati H. Jarot kembali menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa berkomitmen untuk terus mendukung inovasi pendidikan seperti yang dilakukan PMI Dea Malela.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Din Syamsuddin memaparkan bahwa EduTrip bukanlah sekadar perjalanan wisata, melainkan program pendidikan wajib bagi santri kelas 12 PMI Dea Malela. Tahun ini merupakan pelaksanaan yang kelima, dengan destinasi utama Mesir, Saudi Arabia, Jakarta, Bogor, dan Bandung.
“di Mesir, para santri akan tinggal di asrama Universitas Al-Azhar — sebuah kehormatan yang tidak diberikan kepada semua pesantren. Mereka akan berdiskusi dengan pelajar madrasah Tsanawiyah setingkat SMA Al-Azhar,” terang Prof. Din.
“di Saudi Arabia, mereka akan menunaikan ibadah umrah, berkunjung ke tempat-tempat suci, markas Liga Muslim Dunia, dan Organisasi Konferensi Kerjasama Islam di Jeddah. Di Jakarta, mereka akan diterima oleh Ketua MPR serta beberapa menteri terkait bidang pendidikan dan riset,” tambahnya.
Para peserta EduTrip juga diwajibkan menyusun makalah ilmiah dalam bahasa Inggris dan Arab setelah kembali, sebagai bentuk refleksi ilmiah atas pengalaman mereka di luar negeri. Sejauh ini, puluhan alumni SMA Dea Malela telah melanjutkan studi ke berbagai universitas ternama di luar negeri, membuktikan mutu dan daya saing lembaga ini di kancah global. (*)