Peningkatan angka tanam dengan kehadiran embung ini , selain produksi meningkat, juga pendapatan ekonomi petani membaik , “Kehadiran bendungan Mata Nai akan berdampak pada usaha pertanian karena teraliri pasokan air irigasi dan mampu meningkatkan taraf hidup petani ” kata kades Tarusa Khaerul Insani S. Pi kepada tim media pada rabu ( 16 / 09 )
Saat ini, petani desa Tarusa sangat membutuhkan pasokan air untuk mengaliri tanaman padinya maupun tanaman lainnya , pasalnya kebanyakan persawahan di sini masuk kategori sawah tadah hujan sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen akibat curah hujan tidak menentu
“Kami berharap petani bisa tanam padi setahun tiga kali musim tanam karena pasokan air di embung matanai tersebut bisa memenuhi kebutuhan tanam padi,” katanya
Menurut Khaerul , terlaksananya Pembangunan embung Matanai ini, pihak Pemdes tarusa menunggu hampir 20 tahun , dan baru teralisasi tahun ini, hal ini akan berdampak sebagai sentra pertanian yang mulai dirasakan manfaatnya. Daerah yang awalnya tandus kini berubah menjadi produktif dan mampu mengungkit produktivitas pertanaman setempat.
Dengan hadirnya embung ini kata kades, banyak lahan tadah hujan yang selalu gagal panen akan menjadi lahan produktif yang dulunya lahan tersebut dibiarkan terbengkalai saat musim kemarau karena sulitnya mendapatkan pasokan air. Tak hanya satu dua hektar lahan dan sawah seperti ini, tetapi ada sekitar 20 hektar lahan tadah hujan yang bernasib sama dan dampak jangka panjangnya adalah mempengaruhi ketersediaan stok pangan daerah secara nasional.
Dengan hadirnya embung ini, maka Pasokan air di desa Tarusa akan tersedia sepanjang waktu sehingga dalam setahun masyarakat tani bisa menikmati hasil panen 3 kali. “Embung bisa meningkatkan produksi pertanian sebanyak dua hingga tiga kali lipat. Belum lagi beragam bonusnya seperti peningkatan kegiatan perikanan, pariwisata dan beragam aktivitas ekonomi lainnya,” ungkap Kades
Khaerul juga mengatakan secara ekonomi, bahwa Embung Matanai ini nantinya akan menunjukkan dampak positif bagi pertanian dan ekonomi masyarakat desa. Sebagian besar berfungsi untuk menampung air pada musim kemarau, untuk minum ternak, pertanian dan kebutuhan rumah tangga.
” bagi masyarakat Desa Tarusa keberadaan embung ini bisa menjadi pengungkit ekonomi masyarakat sekaligus penolong. Secara topografi, wilayah desa Tarusa kecamatan buer ini beriklim kering yang dipengaruhi angin musim sehingga menyebabkan kemarau selama 7 bulan (Mei-November) dan musim hujan selama 4 bulan (Desember-April). Selama musim kemarau, desa Tarusa sangat sering mengalami kekeringan dan kekurangan air ” katanya
Dwi Supryono Sebagai Pengawas Lapangan tehnis dari BWS, mengatakan bahwa embung ini dibangun dengan pertimbangan hidrologis yang terletak pada outlet tangkapan air seluas 2,5 ha. Untuk menampung aliran air permukaan, ketajaman lereng tidak boleh lebih dari 25 derajat dan memiliki tanah liat. dengan daya tampung 4 juta meter kubik.
” hadirnya Embung ini nantinya Warga bisa panen padi dua – tiga kali dalam setahun, panen sayur setiap tiga pekan, ada rumput atau pohon hijau di mana-mana, dan lingkungan sekitar sehat. Bahkan nantinya desa tarusa menjadi pemasok sayuran dan beras untuk warga kabupaten sumbawa nantinya
Sementara Ganefo , Ketua P3A Matanai mengatakan bahwa penggunaan air untuk lahan pertanian, embung ini juga akan dikembangkan untuk kegiatan usaha perikanan tangkap di perairan umum termasuk juga sebagai sarana Pemancingan yang mempunyai nilai ekonomis.
” nantinya Pengelolaan sumberdaya ikan di embung seperti ini bisa juga melibatkan masyarakat melalui kelompok nelayan. dan diatur juga mengenai aturan alat tangkap agar ikan kecil tidak bisa ditangkap. Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) juga sebaiknya dibentuk agar bisa tetap menjaga kelestarian embung sesuai fungsinya ” harapnya kedepan
Selaku tokoh masyarakat, Ganefo merasa bersyukur dengan hadirnya embung ini, sekarang tidak perlu bingung lagi, lahan pertanian dan perkebunan warga jadi aman tidak kekurangan air,” tuturnya.
Setidaknya ada 40 ha perkebunan rakyat dan 20 ha sawah pertanian yang menggunakan aliran air dari Embung ini . Daya tampung embung ini mencapai 15 juta liter dan dapat mengairi area hingga 2 kilometer jaraknya
ganefo meyakini, embung memiliki manfaat yang jauh lebih terasa dibandingkan sumur resapan. Bahkan bisa berdampak jangka panjang. “Cukup dengan menampung air hujan, selama musim kemarau nanti kita tidak akan kekurangan air,” tuturnya.
Selain irigasi lahan padi dan palawija, rencana lain juga tengah disiapkan untuk mengusahakan tanaman buah di area sekitar embung untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi rakyat. Termasuk rencana untuk menjadikan embung ini sebagai salah satu tujuan wisata. “Utamanya bagaimana masyarakat memiliki pola pikir bahwa air menjadi investasi dan tabungan untuk masa depan,” tuturnya
Sedangkan Mahdi selaku pemilik lahan yang lahannya sebagian digunakan untuk pembangunan Embung matanai tersebut, merasa bersyukur kepada BWS yang telah mengelontorkan anggaran yang cukup besar atas terlaksananya pembangunan embung ini, ” walaupun kecil akan membawa dampak yang luar biasa bagi pertanian di kecamatan buer ” katanya
Mahdi berharap kepada pihak-pihak lain yang ingin menganggu jalannya pembangunan Embung matanai ini, agar tidak mencari kepentingan dengan alasan mencari kesalahan dalam pengerjaannya ” mari kita mendukung program pemerintah pusat dengan selalu menjaga kondusifitas pembangunan yang berkesinambungan dan terukur, bukan dengan cara mencari-cari kesalahan ” katanya singkat ( Edi )