PILKADA NTB 2024: KENAPA UMI ROHMI DIPEREBUTKAN DUA TOKOH SUMBAWA?

Spread the love

PILKADA NTB 2024: KENAPA UMI ROHMI DIPEREBUTKAN DUA TOKOH SUMBAWA?

Oleh: Akhmad Syafruddin, S. IP., MA
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Politik Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT

Sumbawa Barat-(Bidikankameranews.com)
Munculnya Baliho Zul-Rohmi dan Rohmi-Musyafirin akhir ini membuat publik bertanya? Siapakah yang akan melangkah bersama Rohmi? Kenapa fenomena ini terus membumi di wilayah Nusa Tenggara Barat. Jika melihat Tagline Zul-Rahmi Jilid II hampir dipastikan bahwa kedua tokoh hebat NTB ini masih solid dan memiliki peluang keberlanjutan.

Apalagi sebagai petahana, memilki keunggulan dan peluang yang cukup besar dalam memenangkan kontestasi. Dibandingkan kandidat lain karena selain telah dikenal luas juga hasil-hasil kerja dan kinerja kepemimpinan selama ini telah memberikan dampak bagi Masyarakat NTB.

Lantas bagaimana dengan Rohmi-Musyafrin? Hemat penulis bahwa sepanjang belum ada pendaftaran Bakal Calon secara resmi di KPU Provinsi NTB maka peluang masih terbuka dan tergantung bagaimana lobi-lobi politik di Tingkat lokal dan nasional serta bagaimana Tingkat elektabilitas keduanya? Siapakah yang memiliki Tingkat elektabilitas yang tinggi dimasyarakat? Apakah Zul-Rohmi atau Rohmi-Musyafirin?

Pertanyaan lain yang patut di telusuri adalah apakah basis pemilih Rohmi menginginkan sebagai Orang Nomor satu yang memiliki keuntungan lebih tinggi dibandingkan posisi saat ini yang akan digandeng Zul sebagai bakal calom wakil gubernur NTB. Jawaban pertanyaan tersebut masih dinamis belum memiliki kepastian tergantung dinamika di arus bawah dan dan dukungan partai pengusung bakal calon.

Bicara tentang Rohmi, Muncul pertanyan kenapa harus Rohmi dan apa dampak bagi Musyafirin menggandeng rohmi? Jika kita mundur sejenak pada Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur NTB tahun 2018 yang lalu telah diikuti oleh 4 pasangan calon, sebagai pasangan nomor urut 3 Zul-Rohmi didukung PKS dan Demokrat yang berhasil mendapatkan suara terbanyak sebesar 811.945 (delapan ratus sebelas ribu Sembilan ratus empat pulu lima rupiah) atau 31.80% dari suara sah. Kemenangan pasangan ini tidak lepas dari strategi geopolitik perkawinan Lombok-Sumbawa dengan basis pemilih sosiologis.

Menurut Dennis Kavanagh dalam buku berjudul Political Sience and Political Behavior (1983) mengelompokkan perilaku pemilih dalam 3 kategori yaitu Pendekatan Sosiologis, Psikologis dan Rasional. Pendekatan Sosiologis mengasumsikan bahwa preferensi pemilih ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan seperti social ekonomi, afiliasi etnis, tradisi keluarga, keanggotaan terhadap organisasi, usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan pekerjaan.

Dalam kasus ini, Rohmi sebagai representasi etnis sasak dan Zul representasi etnis sumbawa berhasil mempengaruhi preferensi politik pemilih pada pemilu sebelumnya.
Selain itu juga kemenangan Zul-Rohmi memiliki relasi yang kuat faktor keluarga besar Organisasi Nahdlatul Wathan (NW) sebagai organisasi keagamaan terbesar di Lombok yang memiliki jumlah keanggotan besar dan meluas. Untuk itu sulit dipungkiri bahwa kekuatan NW dikancah politik lokal dalam kontestasi Tingkat Provinsi terlegitimasi dari berhasilnya Tuan Guru Bajang (TGB) memimpin NTB 2 periode.

Strategi dan peruntungan inilah yang coba di kalkulasikan oleh Tokoh Politik Sumbawa Barat, HW Musyafirin yang telah berhasil memimpin Sumbawa Barat selama 2 Periode. Kepiawaian dan track record tidak perlu diragukan lagi, di bidang Birokrasi pernah menjadi Sekretaris Dearah pada masa kepemimpinan Bupati pertama dan Kedua KSB KH.Zulkifli Muhadli sebelum akhirnya menyebrang ke pentas Politik dan menjadi satu-satunya tokoh yang layak dari Sumbawa Barat untuk meneruskan kepemimpinan di Kancah NTB. Pertanyaannya Kenapa Rohmi harus memilih Musyafirin?

Tentu secara politis posisi Rohmi akan menjadi bakal calon Gubernur dan Musyafirin sebagai bakal calon Wakil Gubernur. Pada posisi ini secara sosiologis Rohmi akan mendapatkan dukungan yang relative besar dan semakin mempertebal relasi dengan basis pemilih. Sulit dipungkiri bahwa dukungan basis pemilih sosiologis akan jauh lebih besar dibandingkan pada pemilukada sebelumnya meskipun akhir-akhir ini beredar Vidio Pendek dari Zulkifli dan TGB bahwa Tetap solid dan terus akan melanjutkan Zul-Rohmi jilid II.

Meskipun ini sebagai pernyataan kedua tokoh penting namun sisi lain apakah sikap politik kedua elit tersebut sejalan dengan sikap politik akar rumput? Jawabannya tentu tidak karena ini tergantung bagaimana kinerja dan keberhasilan dalam melaksanakn visi dan misi selama 5 Tahun akhir. Karena itu, faktor sosiologis tidak dapat menjawab secara keseluruhan dinamika politik yang terjadi sebab dalam beberapa bulan bahkan minggu ke depan arah angin politik dapat saja berubah seiring bertemunya kepentingan.

Penentuan siapa yang akan bersama Rohmi juga dapat dilihat dari faktor psikologis dalam menentukan keterpilihan pasangan calon. Perilaku pemilih psikologis atau yang dikenal dengan Mazhab Michigan, dalam menentukan sikap politik akan dipengaruhi karena adanya ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi pada isu-isu yang krusial dan berkembang yang harus diselesaikan di NTB serta orientasi pada kandidat itu sendiri.

Ikatan emosional antara pasangan calon dengan para pemilih di akar rumput terbentuk dari akibat adanya sosialisasi jangka panjang sehingga perilaku pemilih ditentukan oleh kekuatan psikologis yang berkembang pada diri pemilih (Hadi, 2006).

Dalam keterkaitan ini, dukungan akan terus mengalir jika Masyarakat puas dengan kepemimpinan ZUL-ROHMI. Sebaliknya bagi masyarakat yang tidak puas akan mengalihkan dukungannya politiknya. Pada titik ini Musyafirin memiliki peluang dengan cara merangkul para pemilih yang tidak puas dengan kinerja Gubernur dan wakil gubernur 2019-2024. Karenanya Perilaku pemilih yang memiliki ikatan emosional dan orientasi pada visi dan misinya cendrung stabil dan sulit dipengaruhi untuk mengubah pilihan dukungan.

Terakhir sikap perilaku pemilih dipengaruhi faktor Rasional. Basis pemilih kategori ini umunya mereka melihat sejauh mana manfaat yang diperoleh apabila memutuskan untuk memberikan dukungan kepada salah satu bakal calon. Sederhananya menurut pendekatan ini, pemilih akan memperhitungkan untung dan rugi yang dapat diperoleh. Jika selama ini Petahana (ZUL-ROHMI) memberikan dampak signifikan pada basis pemilih, maka dapat dipastikan dukungan akan tetap solid dan sebaliknya jika tidak memberikan keuntungan apapun maka dukungan akan diberikan pada pihak lain.

Catatan Akhir:
Tentu saja dalam memutuskan siapa yang akan bersama Rohmi nanti, Apakah Zul-Rohmi ataukah Rohmi-Musyafirin harus dilakukan kalkulasi yang matang dan secara hati hati karena kita ketahui bahwa bakal calon ini memiliki basis electoral masing-masing. Bagi Kontestan nanti agar memiliki peluang kemenangan yang besar, harus menguasi basis suara pemilih di pulau Lombok Dimana epicentrum politik paling besar berada pada Kabupaten Lombok timur, Lombok Tengah, dan ketiga Lombok Barat. Ketiga wilayah tersebut akan menjadi wilayah tempur yang sangat ketat sehingga Para pasangan calon nanti harus mengawinkan 2 basis electoral pemilih di Lombok dan Sumbawa. Mengingat Kembali dan belajar dari Pengalaman TGB Bajang menjadi gubernur, tidak lepas dari keberhasilan menggandeng tokoh sumbawa.

Fenomena perilaku politik pemilih dalam Pemilukada NTB, jika dianalisis lebih jauh lagi penulis melihat bahwa sebagian besar Masyarakat NTB termasuk dalam kategori pemilih Sosiologis dengan orientasi kesamaan wilayah, etnis dan organisasi. Sementara pemilih dengan Faktor psikologis lebih terkonsentrasi pada keberhasilan pasangan calon dalam menjalankan visi dan misi. Hemat penulis, pemilih faktor psikologis tidak terlampau besar jumlahnya jika dibandingkan pada pemilih yang berlandaskan ikatan sosiologis, pun demikian dengan jumlah pemilih rasional hanya Sebagian kecil dari jumlah pemilih NTB.

Terkahir, ROHMI dengan basis dukungan Identitas NW akan selalu menjadi magnet bagi pemilih sosiologis khususnya di pulau Lombok. Siapapun yang berhasil memenangkan hati rohmi, maka dialah yang kemungkinan besar berhasil dalam pertarungan merebut NTB I bulan November 2024 nanti.
Pada sisi lain dinamika politik dalam menentukan pasangan calon akan terus berubah tergantung sejauhmana Koalisasi yang dibangun antara partai pendukung, masih ada basis pemilih ideologis dari partai politik yang harus diperebutkan, apalagi mesin partai yang secara konsisten ikut serta dalam setiap pemilukada, memiliki pengalaman dan struktur sampai tingkat paling bawah.

Musyafirin harus bekerja keras melalui partai pengusung agar dapat mengubah persepsi pemilih di arus bawah yang tidak puas dengan kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini. Zul atau Musyafirin yang berhasil duet dengan Rohmi? Menarik dinanti!(CC)


Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dirut RSUD Asy-Syifa KSB , Ikuti RAPAT PENDAMPINGAN HUKUM JAKSA PENGACARA NEGARA DiĀ  KEJAKSAAN NEGERI SUMBAWA BARAT

Rab Mei 15 , 2024
Spread the love      Sumbawa Barat, bidikankameranews.com – Management RSUD Asy – Syifa Kabupaten Sumbawa Barat melaksanakan rapat pertemuan dengan Kejaksaan Negeri […]