Sumbawa Besar,
Bidikan Kamera News –
Youthtopia sebagai sebuah community centric platform dengan edukasi sebagai inti dari programnya, melihat kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan dan mendidik generasi penggerak perubahan, baik di tingkat sekolah maupun mahasiswa.
Youthtopia platform yang resmi didirikan di World Economic Forum ini, menyediakan sebuah tempat dimana anak muda bisa mengembangkan keterampilan dan minat mereka melalui program edukasi secara peer-to-peer yang dipandu oleh 17 Sustainable Development Goals (SDGs), mereka juga bekerja sama dengan para penggerak muda lainnya untuk membuat berbagai program yang mengasah kemampuan seperti time management, bagaimana cara mengasah public speaking dan banyak hal lainnya.
Dalam menjalankan program mereka yakni Island to Island Indonesia Roadshow 2024, Youthtopia berkolaborasi dengan Universitas Teknologi Sumbawa telah menggelar kegiatan menarik yang melibatkan siswa serta mahasiswa selama 2 hari sejak 8-9 Maret 2024 bertempat di lingkungan Universitas Teknologi Sumbawa.
Kegiatan itu diikuti 150-an peserta, program ini diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian para anak muda untuk menjadi changemaker dari berbagai isu dunia saat ini. Dimulai pukul 09.30 WITA kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dwi Ariyanti, Ph.D selaku Warek III UTS.
Melati Wijsen dan Isabel Wijsen, founder dari Non-Governmental Organization (NGO) bernama Bye-Bye Plastic Bag yang menggerakan anak muda secara global untuk ikut serta dalam kampanye pelarangan penggunaan kantong plastik sekali pakai merupakan orang yang menginisiasi terciptanya platform Youthtopia tersebut.
“Dalam program Youthtopia Island to Island Indonesia Roadshow 2024 ini, kami berkolaborasi dengan UTS untuk menjadi salah satu bagian dari misi besar ini. Program ini akan berlangsung selama 2 minggu, mendatangi 5 pulau, melibatkan 28 sekolah, dengan satu misi yaitu, ‘to unite the voices of our island communities facing the climate crisis and their resilience’. Menyatukan suara komunitas atau orang-orang dari berbagai pulau/kepulauan dalam menghadapi krisis iklim dan ketahanan mereka.” ungkap Melati akrab Ia disapa. (*)
